About Biology
Admin Blog adalah mahasiswa pendidikan Biology Universitas Lampung angkatan 2012, InsyaAllah ingin jadi guru yang amanah, dapat digugu dan ditiru :D semoga bermafaat :)
Thursday, 30 May 2013
Friday, 10 May 2013
Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup
Tujuan Dan Manfaat Klasifikasi Makhluk Hidup
Jumlah
tumbuhan dan hewan sangat banyak, sehingga tidak mungkin
menghafalkannya satu per satu. Oleh karena itu, kita perlu melakukan
klasifikasi. Dengan klasifikasi, kita dapat mengenal sifat suatu spesies
dengan melihat spesies lain yang merupakan anggota kelompok yang sama
atau dengan melihat nama kelompoknya. Contohnya kita dapat
mengelompokkan seluruh jenis hewan menjadi dua kelompok besar, yaitu
hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tidak bertulang belakang
(invertebrata). Kemudian, kelompok hewan vertebrata dikelompokkan
menjadi kelompok yang lebih kecil lagi, yaitu kelompok ikan (Pisces),
kelompok hewan dua alam (Amfibi), kelompok hewan melata (Reptil),
kelompok hewan menyusui (Mammalia), dan kelompok hewan bersayap (Aves).
Kelompok-kelompok tersebut dikumpulkan berdasarkan persamaan sifat.
Kelompok
ikan, misalnya, merupakan kumpulan dari berbagai jenis hewan yang hidup
di air dan memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu sehingga disebut
sebagai ikan. Misalnya mempunyai sisi, bernapas dengan insang, dan
berenang dengan sirip. Kegiatan mengklasifi kasikan makhluk hidup sangat
bermanfaat bagi manusia. Dengan klasifikasi tersebut akan mempermudah
kita dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup yang ada di
dunia ini. Manfaat lainnya adalah memudahkan langkah-langkah
pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan klasifikasi juga bisa
diketahui hubungan kekerabatan spesies satu dengan yang lain.
Proses Dan Hasil Klasifikasi Makhluk Hidup
Para
ilmuwan melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan cara mencari
persamaan ciri-ciri yang dimiliki. Makhluk hidup yang memiliki kesamaan
ciri (sifat) dikelompokkan dalam satu kelompok atau takson. Misalnya,
ayam dan burung dimasukkan dalam satu kelompok karena memiliki ciri yang
sama, yaitu berbulu, memiliki paru, dan berkembang biak dengan
bertelur.
Sementara
itu, hewan yang memiliki perbedaan sifat akan dimasukkan dalam kelompok
yang berbeda pula. Misalnya, kita akan mengelompokkan beberapa hewan,
yaitu sapi, kerbau, kambing, kucing, itik, ayam, angsa, merpati, dan
jalak. Hewan-hewan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berambut.
Kelompok ini terdiri dari sapi, kerbau, kambing, dan kucing. Sedangkan
kelompok kedua berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berbulu. Kelompok
ini terdiri dari itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak.
Berdasarkan
cara pengelompokannya, sistem klasifikasi makhluk hidup dibedakan
menjadi 3 macam, yaitu sistem artifisial, sistem alamiah, dan sistem
filogeni. Masing-masing sistem klasifikasi tersebut memiliki dasar
pengelompokkan tertentu.
Pada
sistem artifisial (buatan), klasifikasikan dilakukan
berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fisiologi (terutama pada
alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup). Contoh sistem
klasifikasi ini adalah yang dilakukan oleh Theopratus dalam
bukunya Historia Plantarum. Ia membagi tumbuhan menjadi empat
kelompok berdasarkan penampakannya, yaitu pepohonan, perdu, semak,
dan gulma. Sistem yang lain dikemukakan oleh Aristoteles dalam
bukunya Historia Animalum. Ia mengelompokkan hewan menjadi dua
kelompok, yaitu hewan berdarah dan hewan tak berdarah. Tokoh lain
yang mengembangkan sistem ini adalah Carolus linneaus.
Bapak Klasifikasi
Carolus Linnaeus atau Carl Von Linne adalah seorang doktor ahli botani dari Swedia. Dia memperkenalkan sistem klasifikasi modern. Pada mulanya, sistem klasifikasi yang dikenalkan menggunakan sistem polinomial (banyak kata). Selanjutnya, ia menggunakan sistem binomial (dua kata). Kata pertama menunjukkan genus, sedangkan kata kedua menunjukkan spesies. Karena berhasil memperkenalkan sistem binomial, ia mendapatkan julukan Bapak Klasifikasi.
Bapak Klasifikasi
Carolus Linnaeus atau Carl Von Linne adalah seorang doktor ahli botani dari Swedia. Dia memperkenalkan sistem klasifikasi modern. Pada mulanya, sistem klasifikasi yang dikenalkan menggunakan sistem polinomial (banyak kata). Selanjutnya, ia menggunakan sistem binomial (dua kata). Kata pertama menunjukkan genus, sedangkan kata kedua menunjukkan spesies. Karena berhasil memperkenalkan sistem binomial, ia mendapatkan julukan Bapak Klasifikasi.
Pada
sistem alamiah, hasil klasifikasi (takson) terbentuk secara alami,
sesuai kehendak alam. Dasar klasifi kasi yang digunakan yaitu banyak
sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Pelopornya adalah Michael
Adanson dan Jean Baptise de Lamarck. Mereka mengelompokkan hewan menjadi
empat kelompok, yaitu hewan berkaki empat, hewan berkaki dua, hewan
bersirip, dan hewan tidak berkaki. Selanjutnya, hewan berkaki empat
dibagi lagi menjadi kelompok hewan berkuku genap dan berkuku gasal.
Sedangkan
sistem filogeni merupakan klasifikasi yang mengacu pada teori evolusi.
Teori tersebut menyatakan bahwa spesies yang ada di muka bumi akan
mengalami perubahan terus menerus sejalan dengan perubahan lingkungan,
sehingga menghasilkan spesies yang berbeda. Organisme baru dilahirkan
oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi perubahan
susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme
tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang
sangat lama. Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan
kekerabatan antar-antar takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin
dekat hubungan perkerabatan, semakin banyak persamaannya.
Dalam
sejarah perkembangannya, berbagai sistem klasifikasi pernah dikemukakan
oleh para ahli, mulai dari sistem dua kingdom sampai sistem yang
sekarang umum dipakai. Perhatikan Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup |
Pada
tahun 1758, Carolus Linnaeus mengusulkan sistem dua kingdom. Ia
mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kingdom (dunia), yaitu Dunia
Hewan (Animalia) dan Dunia Tumbuhan (Plantae). Semua organisme yang
tidak memiliki dinding sel dan mempunyai kemampuan berpindah tempat
dimasukkan dalam kelompok hewan. Sedangkan organisme yang memiliki
dinding sel, mampu melakukan fotosintesis, dan tidak dapat berpindah
tempat dimasukkan dalam kelompok tumbuhan.
Menyempurnakan
sistem dua kingdom, pada tahun 1866, Ernest Haeckel mengusulkan sistem
tiga kingdom. Di dalam sistem ini, makhluk hidup dibagi Dunia Hewan
(Animalia), Dunia Tumbuhan (Plantae), dan Dunia Protista. Dunia Protista
mencakup bacteria, Protozoa, dan Porifera. Selain Haeckel, sistem tiga
kingdom juga diusulkan oleh Antoni Van Leuwenhoek, tetapi kingdom yang
ketiga bukan Protista, melainkan Fungi (Dunia Jamur).
Leuwenhoek menggunakan dasar pengelompokan berupa cara memperoleh
nutrisi.
Fungi
merupakan kelompok organisme yang memperoleh makanannya dengan
menguraikan dan menyerap media, Plantae merupakan kelompok organisme
yang mendapatkan makanan dengan melakukan fotosintesis, dan Animalia
merupakan kelompok organisme yang memakan organisme lain, baik fungi,
tumbuhan, maupun hewan lain.
Sistem
empat kingdom muncul menyusul sistem tiga kingdom, diusulkan oleh
Copeland pada tahun 1956. Copeland mengelompokkan makhluk hidup menjadi
empat kingdom, yaitu Monera (termasuk bacteria), Protoctista (pengganti
nama Protista), Plantae (tumbuhan, termasuk fungi), dan Animalia. Sistem
serupa juga dikemukakan oleh
Eduard
Chatton (1939) yang menggunakan dasar klasifikasi berupa ada tidaknya
membran yang membungkus inti sel (eukariotik dan prokariotik). Dalam
perkembangan selanjutnya, Sistem lima kingdom kemudian muncul mengikuti
perkembangan sistem-sistem sebelumnya.
Pada
tahun 1969, R. H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi Monera
(memiliki tipe sel prokariotik, meliputi Bakteri dan Cyanobacteria),
Protista (organisme eukariotik bersel tunggal, meliputi Protozoa dan
Algae), Fungi (eukariotik, multiseluler, mengurai medium dan menyerap
makanan), Plantae (eukariotik, multiseluler, dan autotrof karena mampu
berfotosintesis, Meliputi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta),
dan Animalia (eukariotik, multiseluler, heterotrof).
Ke
depan sistem klasifikasi akan semakin berkembang sehubungan dengan
adanya kemajuan teknologi di bidang biologi, terutama biologi molekuler.
Bahkan saat ini juga sudah diajukan sistem klasifi kasi enam kingdom
dan sistem tiga domain.
Di
dalam berbagai sistem klasifikasi tersebut, tingkatan
tertinggi kelompok atau makhluk hidup adalah kingdom (dunia). Kingdom
ataudunia merupakan sebuah golongan (kelompok), disebut takson.
Sebagai takson yang tertinggi, Kingdom masih dapat dibagi lagi
menjadi unit-unit takson di bawahnya. Urutan unit takson pada hewan
adalah Kingdom (Dunia), Phylum (Filum), Classis (Kelas), Ordo
(Bangsa), Familia (Suku), Genus (Marga), dan Species (Spesies, Jenis).
Untuk tumbuhan urutan tersebut sama tetapi takson di bawah Kingdom
bukan Phylum, melainkan Divisio (Divisi).
Takson
atau kelompok makhluk hidup dapat memiliki peringkat atau kategori dan
takson-takson tertentu yang diberi nama secara ilmiah. Jadi setiap
takson (kelompok) makhluk hidup di dalam sistem kalsifikasi memiliki
nama ilmiah tertentu yang sifatnya khas dan tidak dipakai untuk nama
takson yang lain. Perhatikan contoh pada bagan pada Gambar 2.
Gambar 2. Kategori dan Takson pada Dunia Tumbuhan |
Divisi
Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dibagi menjadi Subdivisi Angiospermae
(tumbuhan berbiji tertutup) dan Subdivisi Gymnospermae (tumbuhan berbiji
terbuka). Angiospermae dibagi lagi menjadi Kelas Monocotyledoneae
(tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping satu) dan Kelas Dicotyledoneae
(tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping dua). Di bawah kategori kelas,
terdapat kategori bangsa. Kelas Monocotyledoneae memiliki beberapa
bangsa, contohnya adalah bangsa Poales, Liliales, dan Bromeliales.
Bangsa
Poales
dibagi lagi menjadi beberapa suku, contohnya Suku Poaceae dan Suku
Cyperaceae. Suku Poaceae (suku rumput-rumputan) memiliki beberapa marga,
misalnya, Marga Oryza. Marga merupakan takson yang mencakup sejumlah
spesies yang memiliki persamaan struktur alat reproduksi (jenis
kelamin). Di bawah marga adalah kategori spesies atau jenis. Spesies
merupakan populasi yang setiap individu yang menjadi anggotanya memiliki
kesamaan pada sifat morfologi, anatomi, fisiologi, dan jumlah kromosom
serta susunan kromosomnya.
Marga Oryza memiliki jenis Oryza sativa (padi).
Apabila antar individu satu jenis melakukan perkawinan, maka akan
dihasilkan keturunan yang fertil (subur). Tetapi khusus untuk organisme
prokariotik konsep spesies tersebut tidak berlaku.
Ketujuh
tingkatan takson tersebut adalah tingkatan yang umum disebut. Selain
itu, masih terdapat kategori (peringkat) yang lain yang letaknya berada
di antara takson-takson tersebut. Yang berada di bawahnya diawali dengan
kata sub, yaitu subkingdom, subphylum, subordo, dan subspesies.
Sedangkan apabila kategorinya lebih tinggi, diawali dengan kata super,
yaitu superclassis, superordo, dan superfamilia.
Tata Nama Makhluk Hidup
Berbagai
jenis makhluk hidup memiliki sebutan atau nama yang bermacam-macam
sesuai dengan daerah tempat organisme tersebut ditemukan (nama lokal).
Sehingga satu jenis tumbuhan, pisang misalnya, bisa memiliki nama lokal
yang berbeda-beda. Oleh orang Jawa tanaman pisang disebut gedang. Di
Madura disebut kisang dan di Sunda disebut cau. Orang Belanda
menyebutnya banaan dan dalam bahasa Inggris disebut banana. Akibat
bermacam-macam nama tersebut bisa membingungkan meskipun pada dasarnya
tumbuhan yang dimaksud adalah sama. Ini menunjukkan bahwa nama daerah di
manapun di dunia ini tidak dapat dipakai untuk menunjuk dengan tepat
suatu spesies.
Oleh
karena itu disusunlah tata nama yang mengatur pemberian nama ilmiah
suatu spesies dan tata nama tersebut berlaku secara internasional. Jadi,
ketika kita menyebut pisang dengan nama ilmiahnya, yaitu Musa paradisiaca L., maka para biolog di seluruh dunia akan memahami bahwa spesies yang kita maksud adalah pisang.
Nama
ilmiah adalah nama latin atau nama yang dilatinkan untuk menyebut suatu
spesies. Nama ini berlaku secara internasional dan pemakaiannya diatur
oleh suatu ketentuan atau kode internasional. Tata nama tumbuhan diatur
oleh Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan (International Code of
Botanical Nommenclature) dan tata nama hewan diatur oleh Kode
Internasional Tata Nama Hewan (International Code of Zoological
Nomenclature). Sedangkan untuk organisme lain, bakteri dan akhea
misalnya, selain mengacu pada kedua kode tersebut juga harus mengacu
pada International Code of Bacterial Nommenclature.
Pemberian
nama ilmiah harus dilakukan sesuai tata nama. Nama ilmiah yang baku
adalah yang sesuai dengan sistem binomial nomenclature. Ilmuwan yang
mengenalkan tata nama ini adalah Carolus Linnaeus. Penamaan ini
menggunakan dua kata. Kata pertama menunjukkan genus, sedangkan kata
kedua menunjukkan penunjuk spesies (epitethon specificum). Nama genus
(marga) harus ditulis dengan awalan huruf besar atau huruf kapital,
sedangkan kata kedua dimulai de ngan huruf kecil. Kata kedua biasanya
berasal dari nama penemunya, nama tempat spesimen tersebut ditemukan,
atau ciri khas yang dimiliki spesies tersebut dan harus dilatinkan.
Kedua kata dalam nama ilmiah tersebut harus dituliskan dengan cetakan
yang berbeda dengan kalimat di sekitarnya. Biasanya ditulis dengan
huruf miring (italic). Di belakang nama ilmiah tersebut bisa juga
dituliskan singkatan nama orang (author), yaitu orang yang pertama kali
memberikan nama ilmiah tersebut dan mempublikasikannya secara sah
dan valid. Jadi, nama ilmiah untuk pisang, Musa paradisiaca L., harus dipahami sebagai berikut.
Musa : menunjukkan nama genus
paradisiaca : menunjukkan nama penunjuk spesies (epitheton spesificum)
L. : singkatan dari Linneaus, author yang memberikan nama tersebut dan mempublikasikannya secara sah dan valid.
Apabila
nama spesies terdiri dari 3 kata, maka kata kedua dan ketiga harus
ditulis menyatu dengan tanda hubung. Misalnya, Hibiscus rosa-sinensis
atau Hibiscus rosasinensis. Nama familia (suku) diambil dari nama spesimen acuan ditambah dengan akhiran aceae bila itu tumbuhan, dan idae bila
makhluk itu hewan. Contoh nama familia pada tumbuhan, yaitu familia
Solanaceae dari kata Solanum + aceae. Sedangkan contoh nama familia
pada hewan, yaitu familia Canidae dari Canis + idae. Nama kelas
diakhiri dengan nae, misalnya nama kelas tumbuhan Melinjo terdiri dari nama kelas Gnetinae dari kata Gnetum + nae. Sedangkan nama ordo dikhiri dengan kata ales, misalnya nama ordo tumbuhan jahe adalah Zingiberales, berasal dari kata Zingiber + ales.
4. Identifikasi Makhluk Hidup
Dengan
menyebutkan nama ayam, kucing, dan tikus, atau padi, rumput, dan
belalang berarti kalian telah melakukan identifikasi terhadap makhluk
hidup. Apabila kalian melakukan identifi kasi makhluk hidup, maka kalian
dapat mengenal makhluk hidup secara mendetail atau mendalam. Pada
prinsipnya identifikasi makhluk hidup adalah upaya mencocokkan suatu
jenis makhluk hidup dengan kategori tertentu yang telah diklasifikasikan
dan diberi nama secara ilmiah oleh para ahli. Identifikasi tumbuhan
berarti mencocokan jenis tumbuhan yang belum diketahui ke dalam takson
tertentu. tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan sarana identifikasi
berupa kunciidentifikasi (kunci dikotomis), pertelaan, atau buku-buku
identifikasi.
Identifikasi
dimulai dengan pengumpulan spesimen, pengamatan sifat-sifat tertentu
(determinasi) dan pencocokan. Sehingga, apabila kalian akan melakukan
identifi kasi suatu jenis, kalian harus memperhatikan ciri-ciri tubuh
hewan, meliputi susunan kulit, susunan alat gerak, susunan bagian tubuh
(kepala, badan, dan ekor), susunan gigi, dan lubang hidung. Sedangkan
pada identifi kasi tumbuhan, ciri-ciri yang harus diperhatikan meliputi
bunga (bagian-bagian bunga dan susunan bunga), daun (bentuk daun, tepi
daun, pangkal dan ujung daun, pertulangan daun dan sifat-sifat permukaan
daun) dan buah.
Sampel
atau spesimen tumbuhan dan hewan dapat diambil dalam bentuk awetan
berupa awetan basah atau kering. Contoh awetan kering pada tumbuhan
adalah herbarium dan pada hewan adalah insektarium. Sampel-sampel
tersebut kemudian diamati ciri-cirinya dengan seksama dan diidentifikasi
dengan sarana identifi kasi yang sesuai. Begitu pula untuk virus,
organisme prokariotik, dan fungi juga diperlukan sampel dan sarana
identifikasi tertentu.
Untuk menambah pengetahuan kalian tentang identifikasi, lakukan kegiatan berikut.
Lakukan
pengamatan pada tumbuhan jati, ketapang, dan kamboja. Lakukan
determinasi dengan menggunakan kunci berikut untuk mengidentifikasi
ketiga jenis tumbuhan tersebut sampai tingkat familia.
Cara
mengidentifikasi tumbuhan menggunakan kunci determinasi diawali dengan
mencermati setiap kata yang terdapat pada kunci determinasi mulai dari
baris paling atas. Ambillah satu persatu tumbuhan yang ada, kemudian
cocokkan ciri yang terdapat pada kunci determinasi dengan ciri pada
tumbuhan. Bila ciri yang ada pada kunci determinasi sesuai dengan ciri
pada tumbuhan, catatlah nomornya dan lanjutkan sesuai dengan perintah
yang ada pada kunci (biasanya nomornya berada di penghujung pernyataan).
Bila ciri yang ada pada kunci determinasi tidak sesuai dengan ciri pada tumbuhan, beralihlah pada nomor yang sesuai dengan petunjuk yang ada pada kunci determinasi. Lakukan identifikasi dengan memberikan nama familia pada tumbuhan yang kalian identifikasi. Sebagai contoh bila kalian mengidentifikasi dengan benar, maka hasil identifikasi untuk tumbuhan kambija adalah sebagai berikut: 84b-88b-89b-91b-105. Apocynaceae. Jadi, famili tumbuhan tersebut adalah Apocynaceae. Salinlah hasil identifikasi kalian pada buku tugas, lalu kumpulkan kepada guru kalian.
Bila ciri yang ada pada kunci determinasi tidak sesuai dengan ciri pada tumbuhan, beralihlah pada nomor yang sesuai dengan petunjuk yang ada pada kunci determinasi. Lakukan identifikasi dengan memberikan nama familia pada tumbuhan yang kalian identifikasi. Sebagai contoh bila kalian mengidentifikasi dengan benar, maka hasil identifikasi untuk tumbuhan kambija adalah sebagai berikut: 84b-88b-89b-91b-105. Apocynaceae. Jadi, famili tumbuhan tersebut adalah Apocynaceae. Salinlah hasil identifikasi kalian pada buku tugas, lalu kumpulkan kepada guru kalian.
Kunci
identifikasi sederhana hanya memuat ciri-ciri yang tampak oleh mata.
Namun demikian, seharusnya dalam membuat kunci tidak hanya
berdasarkan ciri-ciri yang tampak, tetapi juga ciri-ciri mikroskopis.
Sebagai contoh apabila kita ingin membuat kunci untuk tumbuhan monokotil
dan dikotil maka kita harus mengenal ciri-ciri anggota kedua kelas
tersebut dengan baik.
Tumbuhan
dengan biji berkeping satu atau anggota kelas monocotyledonae memiliki
akar serabut, batang yang beruas-ruas, daun berbentuk pita dengan
urat-urat yang tersusun sejajar atau melengkung. Bagian bunganya seperti
mahkota dan kelopak berjumlah 3 atau kelipatan 3. Bila biji
berkecambah, kotiledonnya atau kepingnya tetap utuh. Batang dan akarnya
tidak dapat tumbuh membesar, kecuali beberapa jenis monocotyledonae.
Contoh tumbuhan dikotil adalah nanas seberang dan palem raja.
Sedangan
Kelas Dicotyledoneae (tumbuhan berkeping dua atau berbiji belah)
akarnya berupa akar tunggang. Batangnya mempunyai ruas-ruas yang tidak
jelas. Umumnya mempunyai banyak cabang. Bentuk daunnya bervariasi, ada
yang berbentuk jantung, ginjal, dan bulat telur (pada umumnya urat daun
menyirip atau menjari). Bagian bunga seperti kelopak bunga dan mahkota
bunga berjumlah dua, empat, lima, atau kelipatannya. Bila biji
berkecambah, kepingnya membelah menjadi dua. Akar maupun batang dapat
tumbuh membesar karena memiliki kambium.
Mekanisme Kerja Mikrofilament
PPT cara kerja mikrofilament....
Salah satu contohnya yaitu pada mikrovili intestinal, check this video!
Salah satu contohnya yaitu pada mikrovili intestinal, check this video!
Cyteskeleton
Untuk Lebih Jelasnya Simak Video di Bawah ini
Subscribe to:
Posts (Atom)